Alkisah dalam kehidupan sehari-hari : sepasang suami istri berbaring
berbagi ceritera, bercinta dan menikmati feel good yang legendaris itu.
Kemudian si wanita berkata, ” Sayang, apa yang terlintas dalam pikiran
kamu selama bercinta denganku ?”
Sang suami menjawab bahwa dia melukiskan
khayalan indahnya dengan seorang pesohor dunia. Lalu si suamipun balik
bertanya pada istrinya, dan jawaban sang istri , “Saya hanya berpikir
tentangmu, tentang kita.”
Datar
Apakah seorang suami yang memiliki
fantasi dalam sex atau sebaliknya bila seorang istri yang memiliki
fantasi dalam sex, adalah suatu dosa dalam kehidupan seks yang sehat ?
Dari sebuah publikasi yang dikelola para
terapis disebutkan, fantasi tidak selalu sama dengan keinginan ataupun
yang telah dilakukan, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk itu.
Bagi sebagian orang, khayalan seks
mengganggu sebuah hubungan. Apalagi jika pasangan berasal dari kultur
yang meletakkan keintiman sebagai hal yang romantik dan sejalur lurus.
Benar, bahwa belahan jiwa hanya seorang sampai merayakan ulang tahun
perkawinan yang ke-60. Tapi apakah seumur hidup hanya boleh memikirkan
satu pria atau satu wanita saja?
Bagi sebagian orang, ide ini tidak
realistis dan tidak sehat sama sekali. Dianggap melanggar norma kaidah
hubungan suami istri, dan masih dianggap tabu bagi sebagian yang lain
Seorang terapis menyebutkan bahwa fantasi
dalam sex dapat dijadikan sebagai bumbu dari kehidupan rumah tangga
yang monoton. Hanya saja dalam melakukannya harus dengan kompromi bila
pasangan tidak menyukainya.
Khayalan seks dapat memperkuat sebuah
hubungan pasutri dengan ‘mengizinkan’ dua orang yang berpasangan untuk
menggali minat dan perasaan dari diri masing-masing, paling tidak dalam
benaknya. Karena seringkali yang bermain dalam khayalan indah itu adalah
hal yang tidak menarik bagi pasangannya.
Daripada menjadi bibit persoalan, ada
baiknya jika berbagi ceritera, misalnya, sebagai obrolan afterplay. Atau
lebih baik lagi sebagai bumbu foreplay.
Rambu-rambunya adalah lakukan dengan cara yang baik tanpa menimbulkan sakit hati atau pikiran negatif.
Kedua, jangan berbagi fantasi yang akan
membuat pasangan tertekan terutama yang sudah berbagi rasa sekian lama.
Misalnya mengatakan punya fantasi bercinta dengan dua, atau tiga orang
secara bersamaan, ala homoseksual, saat bercinta berganti peran, pria
jadi wanita dan sebaliknya. Serta masih banyak lagi fantasi liar yang
akan membuat pasangan hilang selera.
Jika pihak yang penuh fantasi mencoba
mengerem pikiran liarnya, sebaiknya satu pihak lainnya menurunkan
standar romantik dan garis lurus searah itu. Misalnya, mendengarkan dulu
sebelum bereaksi. Meskipun terkejut dan tidak nyaman, tidak ada
salahnya mengajukan satu-dua pertanyaan.
Pada intinya, tidak pernah ada paksaan
untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seks, yang sama sekali
tidak kita sukai. Dalam sebuah hubungan yang permanen, yang sehat dan
normal adalah melakukan hal-hal yang bisa diterima kedua belah pihak,
bukan memuaskan kebutuhan seorang saja.
Jadi….Siap berfantasi ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar