affiliate marketing

Rabu, 26 September 2012

Berfantasi dalam sex…boleh…asal…



Alkisah dalam kehidupan sehari-hari : sepasang suami istri berbaring berbagi ceritera, bercinta dan menikmati feel good yang legendaris itu. Kemudian si wanita berkata, ” Sayang, apa yang terlintas dalam pikiran kamu selama bercinta denganku ?”
Sang suami menjawab bahwa dia melukiskan khayalan indahnya dengan seorang pesohor dunia. Lalu si suamipun balik bertanya pada istrinya, dan jawaban sang istri , “Saya hanya berpikir tentangmu, tentang kita.”

Datar

Apakah seorang suami yang memiliki fantasi dalam sex atau sebaliknya bila seorang istri yang memiliki fantasi dalam sex, adalah suatu dosa dalam kehidupan seks yang sehat ?
Dari sebuah publikasi yang dikelola para terapis disebutkan, fantasi tidak selalu sama dengan keinginan ataupun yang telah dilakukan, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk itu.

Bagi sebagian orang, khayalan seks mengganggu sebuah hubungan. Apalagi jika pasangan berasal dari kultur yang meletakkan keintiman sebagai hal yang romantik dan sejalur lurus.
Benar, bahwa belahan jiwa hanya seorang sampai merayakan ulang tahun perkawinan yang ke-60. Tapi apakah seumur hidup hanya boleh memikirkan satu pria atau satu wanita saja?

Bagi sebagian orang, ide ini tidak realistis dan tidak sehat sama sekali. Dianggap melanggar norma kaidah hubungan suami istri, dan masih dianggap tabu bagi sebagian yang lain
Seorang terapis menyebutkan bahwa fantasi dalam sex dapat dijadikan sebagai bumbu dari kehidupan rumah tangga yang monoton. Hanya saja dalam melakukannya harus dengan kompromi bila pasangan tidak menyukainya.

Khayalan seks dapat memperkuat sebuah hubungan pasutri dengan ‘mengizinkan’ dua orang yang berpasangan untuk menggali minat dan perasaan dari diri masing-masing, paling tidak dalam benaknya. Karena seringkali yang bermain dalam khayalan indah itu adalah hal yang tidak menarik bagi pasangannya.

Daripada menjadi bibit persoalan, ada baiknya jika berbagi ceritera, misalnya, sebagai obrolan afterplay. Atau lebih baik lagi sebagai bumbu foreplay.

Rambu-rambunya adalah lakukan dengan cara yang baik tanpa menimbulkan sakit hati atau pikiran negatif.

Kedua, jangan berbagi fantasi yang akan membuat pasangan tertekan terutama yang sudah berbagi rasa sekian lama. Misalnya mengatakan punya fantasi bercinta dengan dua, atau tiga orang secara bersamaan, ala homoseksual, saat bercinta berganti peran, pria jadi wanita dan sebaliknya. Serta masih banyak lagi fantasi liar yang akan membuat pasangan hilang selera.

Jika pihak yang penuh fantasi mencoba mengerem pikiran liarnya, sebaiknya satu pihak lainnya menurunkan standar romantik dan garis lurus searah itu. Misalnya, mendengarkan dulu sebelum bereaksi. Meskipun terkejut dan tidak nyaman, tidak ada salahnya mengajukan satu-dua pertanyaan.

Pada intinya, tidak pernah ada paksaan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seks, yang sama sekali tidak kita sukai. Dalam sebuah hubungan yang permanen, yang sehat dan normal adalah melakukan hal-hal yang bisa diterima kedua belah pihak, bukan memuaskan kebutuhan seorang saja.

Jadi….Siap berfantasi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar